2 Makna Ini Bagian Dari Ekonomi Digital Ala Gibran

Sosok milenial ini memang sudah terkenal sebelum menjadi cawapres Bersama Pak Prabowo, siapa lagi kalau bukan Gibran Rakabuming Raka. Pria lulusan Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan University of Technology Sydney (UTS Insearch), Sydney, Australia ini memang telah mengenal dunia digital sejak di bangku kuliah. Terkhususnya saat dirinya mengenyam Pendidikan di Singapura. Di universitas tersebut memberikan kesempatan untuk berkembang dibidang Bisnis dan Manajemen, Komunikasi Massa, Ilmu Biomedis dan Teknologi Informasi. Pengalamannya dalam membuka banyak usaha tidak tertinggal dalam kepiyawaiannya di dunia ekonomi digital.


Perjalanan karier sosok Gibran Rakabuming di awali pada tanggal 23 September 2019, ia mengawali karier politi sebagai anggota PDIP secara resmi dengan mendaftar Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP di melalui DPC PDIP Kota Solo. Lalu pada tanggal 26 Februari 2021 Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik menjadi Wali Kota Solo Bersama wakilnya Teguh Prakosa.

Pada Jumat 22 Desember 2023 lalu saat debat perdana Cawapres, Pria yang menjabat Walikota Solo sempat membicarakan soal hilirisasi digital. Nah, kira-kira apakah hilirisasi digital itu? Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilirisasi mempunyai arti penghiliran merupakan proses atau cara atau perbuatan untuk melakukan pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai. Kemudian pengertian digital dalam KBBI mempunyai arti dengan angka-angka untuk menunjukkan informasi atau sistem perhitungan tertentu yang berkaitan dengan atau menggunakan komputer atau internet. 

Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran angkat bicara. Menurutnya, memang istilah Hilirisasi Digital  adalah istilah baru bagi sebagian kalangan, namun merupakan hal yang sangat penting. Menurut Budiman, narasi hilirisasi digital yang disampaikan Gibran pada debat cawapres kemarin memberi makna bahwa Koalisi Indonesia Maju bertekad membangun ekonomi digital dari hulu ke hilir. 

Masih menurut Budiman Sudjatmiko, mengutip dari laman kabar24.bisnis.com, pertama adalah mempersiapkan infrastruktur jaringan atau konektivitas internet serta membangun industri perangkat digital. “Maka dari pada itu, di dalam visi misi dan program tercepat kami, kami sudah memastikan untuk memberikan akses internet dan literasi digital untuk masyarakat Indonesia terutama untuk daerah yang sebelumnya tidak terjangkau.” ujar Budiman. Hal ini tentunya akan membuat ombak digitalisasi usaha dan penambahan sumber daya manusia di sektor digital yang dapat diarahkan ke pengembangan blockchain, AI, machine learning, big data analytics. Lagi-lagi masyarakat harus memahami ekonomi digital yang kian hari kian berkembang. 

Kedua, Budiman menjelaskan bahwa hilirisasi digital juga bermaksud untuk melakukan digitalisasi di rantai pasok industri strategis di Indonesia. “Digitalisasi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses industri di semua lini. Contoh di pertanian bisa menggunakan teknologi untuk pengembangan pupuk dan bibit unggul, IOT Smartfarming, atau e-commerce (bagian dari ekonomi digital) khusus pangan” Tren ini memang sudah ditunjukan di berbagai lini sektor pangan, transportasi, retail, logistik, pertambangan yang membawa triliunan keuntungan untuk Indonesia dan memiliki potensi ekonomi hingga Rp 11.000 triliun. Budiman menjelaskan bahwa konsep pendekatan ekosistem ini ini dikenal sebagai DNA, yaitu Device, Network and Application.
Bahkan istilah hilirisasi ini telah digunakan Presiden Jokowidodo saat menjabat presiden di masa ke dua. Pemerintah mengklaim program hilirisasi berhasil memberi nilai tambah ke negara. Misalnya, pendapatan ekspor produk nikel yang melonjak dari Rp 33 triliun sebelum hilirisasi menjadi Rp 510 triliun setelah program tersebut berjalan.

 "Saya berikan contoh saja, nikel ini sering saya sampaikan waktu ekspor bahan mentah sebelum tahun 2020, waktu ekspor itu kita setahun hanya dapat kira-kira US$ 2,1 miliar. Kurang lebih Rp 32 triliun. Begitu hilirisasi, industrialisasi menjadi US$ 33,8 miliar. Dari Rp 32 triliun menjadi Rp 510 triliun kurang lebih," terang Jokowi Agustus lalu, dilansir dari finance.detik.com. Hilirisasi digital tentunya masih bertautan dengan ekonomi digital yang semuanya dapat saling melengkapi.

Komentar